Kamis, 29 Desember 2011

PNEUMONIA pada DEWASA

Authors : Lilik Kurniawan, S. Ked. Yayan Akhyar Israr, S. Ked. Fakultas Kedokteran Universitas Riau. 2009
—–
PENDAHULUAN
—–Pneumonia, atau dalam bahasa awam disebut radang paru, merupakan jenis penyakit yang menyebabkan masalah serius. Penyakit yang disebabkan infeksi kuman ini, menyerang paru, dan menyebabkan berbagai gangguan organ pernapasan tersebut. Kuman yang ada dalam paru ini bahkan dapat pula kemudian menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah, dan menyebabkan infeksi di seluruh tubuh yang sangat berbahaya.
—–Sebelum antibiotik ditemukan, satu dari tiga orang yang menderita Pneumonia meninggal dunia karena penyakit infeksi ini. Di Amerika Serikat, lebih dari 3000 orang menderita Pneumonia setiap tahunnya, dan lebih kurang 1000 diantaranya harus mendapatkan perawatan yang intensif di rumah sakit. Meskipun kebanyakan dari penderita ini sembuh, diperkirakan 5% diantaranya akan meninggal dunia karena penyakit ini. Pneumonia merupakan penyakit peringkat ke-6 sebagai penyebab kematian di Amerika Serikat.
—–Di Indonesia, penyebab yang paling umum dari pneumonia adalah bakteri Streptococcus pneumoniae. Pada pneumonia yang disebabkan oleh bakteri ini, biasanya didapatkan suatu gejala tiba-tiba seperti menggigil, demam, dan produksi dari suatu sputum yang berwarna karat (pekat). Infeksi menyebar ke dalam darah pada 20%-30% dari kasus, dan jika ini terjadi 20%-30% dari pasien-pasien ini meninggal dunia.
—–
DEFINISI
—–Pneumonia adalah suatu peradangan pada paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur, dan benda asing.4 Penyakit ini merupakan penyakit yang serius yang dapat mengenai semua umur terutama pada bayi/ anak, usia lebih dari 65 tahun, dan orang dengan penyakit pemberat lain seperti penyakit jantung kongestif, diabetes, dan penyakit paru kronis. Penyakit ini lebih sering muncul pada musim dingin, perokok dan pria dibanding wanita.
Gambar 1. Pneumonia Pada Dewasa
Gambar 1. Pneumonia Pada Dewasa
—–

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:
Gravatar

Rabu, 21 Desember 2011

Manado, CyberSulut.com - Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI Perwakilan Sulut masih merekap potensi kerugian negara yang ‘dipersembahkan’ tujuh daerah (Manado, Bolsel, Boltim, Minsel, Minut, Mitra, Tomohon) meraih disclaimer. Hanya saja, diperkirakan angkanya menembus ratusan miliar. “Masih sedang direkap. Besok (hari ini) sudah selesai,” kata Kepala BPK RI Perwakilan Sulut Rochmadi Saptogiri

Ambil contoh Minahasa Selatan. Pada 2010 lalu atau sebelum masa pemerintahan Bupati Minsel Christiany Eugenia Paruntu, kurang lebih Rp80 miliar diduga tidak bisa dipertanggungjawabkan. Belum lagi Tomohon yang tahun 2010 lalu dinakhodai Jefferson Rumajar dan Gerson Mamuaja disinyalir puluhan miliar kerugian negara.

Proses hukum sudah berproses di Minsel dan Tomohon yang sedang ditangani Polda Sulut.  Bahkan Polda sudah melakukan penahanan terhadap sejumlah pejabat dan mantan pejabat. Sedangkan Pemkot Manado sedang ditangani Kejaksaan Negeri (Kejari).

Rochmadi menjelaskan, masalah utang merupakan salah satu hal utama yang masih jadi kendala daerah-daerah yang memperoleh opini disclaimer. “Di lima daerah ini (Minut, Boltim, Minsel, Mitra dan Tomohon) masih masalah pencatatan utang. Ini cukup menyedihkan.

Baik utang kepada pihak ketiga maupun kepada negara,” ujarnya. Selain itu, masalah aset juga sangat mengganggu dan telah jadi kasus di kementerian. "Pemerintah daerah harus menyelesaikannya.

Langkah pertama adalah semestinya pemerintahan daerah memetakan persoalan aset itu. Masalah aset bukan hanya kaitannya dengan aset hilang, rusak atau tanah yang belum bersertifikat. Yang pertama kali dilakukan adalah diinventarisir dulu permasalahan aset itu,” urai Rochmadi.

Setelah diinventarisasi, akan diketahui apakah ada aset yang tidak tercatat, atau tercatat tapi tidak ada barangnya, atau hilang. Kalau hilang, ada kemungkinan, pertama, adalah siapa yang bertanggungjawab. Aset hilang ini bisa karena macam-macam, apakah memang tidak diketahui keberadaannya, atau dibawa oleh orang yang dulu bertanggungjawab.

Bagaimana menyelesaikannya supaya tidak menggantung terus dan tidak menjadi masalah? "Ini ada kaitannya dengan administratif. Kalau hilang karena penggelapan pencurian, atau ada masalah berkaitan dengan hukum, harus diselesaikan.

Paling tidak dijelaskan dalam laporan keuangan bahwa ada aset sekian tapi di dalam catatan tidak ada, atau catatannya ada barangnya tidak ada. Jelaskan dalam laporan keuangan, disertai penjelasan mengenai apa yang telah dilakukan, diungkap dalam laporan keuangan,” sarannya.

Bagaimana kalau rusak? “Harus segera diselesaikan apakah dalam proses penghapusan atau diusulkan untuk dihapuskan supaya tidak menjadi beban di laporan keuangan," tuturnya. Bagaimana caranya? Pemerintah daerah yang menentukan,” simpul Rochmadi.

Persoalan aset lainnya terkait pemekaran daerah. “Ada aset masih diakui di pemerintah daerah A tetapi itu sudah diserahkan kepada pemerintah B, ini ada di banyak daerah pemekaran. Namun ini harus diselesaikan.

Bagaimana proses penyelesaiannya, kita serahkan kepada mekanisme yang ada. Intinya kita inventarisir dulu masalahnya baru dibikin perencanaan penyelesaian atas masalah ini. Bagaimana penyelesaiannya, kami menyarankan kepada pemerintah daerah untuk membuat tim pembenahan aset daerah,” imbaunya dengan menambahkan, tim ini dibentuk untuk melakukan pembenahan secara menyeluruh terhadap pengelolaan aset daerah.

Seperti diberitakan kemarin, BPK Perwakilan Sulut menyatakan Tidak Memberikan Pendapat (TMP/disclaimer) terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) 2010 Minut, Boltim, Minsel, Mitra dan Tomohon. Masuknya 5 daerah dalam daftar disclaimer ini membuat ada 7 daerah di Sulut yang berprestasi buruk itu. Sebelumnya, Manado dan Bolsel juga menyandang predikat itu.

Lebih lanjut, Rochmadi kembali menegaskan kebiasaan-kebiasaan membuat pengeluaran tanpa Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) dan Surat Perintah Membayar (SPM) ternyata masih ‘membudaya’ di beberapa kabupaten/kota.

Temuan lainnya adalah pengelolaan kas. “Semestinya sudah harus selesai. Tolong catat bahwa pengelolaan kas yang pertama yang biasanya terjadi adalah ketidaktertiban bendahara menyetorkan sisa kas per 31 Desember,” tuturnya,

Dia menyarankan bupati atau wali kota untuk membuat surat edaran yang menyatakan bahwa seluruh kas dibatasi per 31 Desember. “Jadi yang masih dikelola oleh bendahara pengeluaran diberi  batas waktu Surat Pertanggungjawaban (SPJ) terakhir per tanggal tertentu. Dengan adanya pembatasan itu, akan jelas sisa persediaan di bendahara berapa dan itu yang harus dikembalikan ke kas daerah.

Kepala inspektorat Minsel Denny Kaligis mengakui belum tertibnya administrasi.  “Itulah mengapa sampai disebut disclaimer. Tak dipungkiri masih ada saja pihak-pihak yang meremehkan dengan hal-hal seperti itu,” ujar Kaligis seraya menyebut sekarang ini pengaturan keuangan di Pemkab Minsel sudah baik.

“Tapi itu juga  tergantung dari masing-masing SKPD, kalau mereka (SKPD,red) tidak tertib administrasi, maka wajar  jika Minsel mendapat disclaimer dari BPK,” jelasnya sambil menyebutkan bupati tetap melakukan evaluasi dan penilaian terhadap mereka dan akan mengambil tindakan tegas. “Sebagai langkah tepat untuk menghindari hal-hal yang tidak ingin terjadi, setiap SKPD harus memiliki komitmen yang sama dan seragam,” ujarnya. (mp)

Selasa, 20 Desember 2011

SD Rp 580 ribu per siswa, SMP Rp 710 ribu
2012, BOS Langsung dari Propinsi
 
 IKUTI BERITA LAIN

a
Ratahan, KOMENTAR
Penyaluran Dana Bantuan Operasional (BOS) tidak lagi akan dilakukan oleh daerah tingkat II atau kabupaten/kota. Mulai 2012 mendatang, penyaluran BOS akan langsung dari propinsi ke rekening masing-masing sekolah yang berhak menerimanya.

Demikian disampaikan Sekretaris Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Dikpo-ra) Kabupaten Minahasa Tenggara (Mitra), Dra Femmy Pangkerego MPd ME menje-laskan, keputusan bahwa penyaluran BOS 2009 tak lagi melalui APBD kabupaten/kota, sudah merupakan ketentuan pusat. “Ada surat-nya dari pusat, dan juga telah disosialisasikan ke semua kabupaten/kota baru-baru ini di Jakarta,” tukasnya.
Menindaklanjuti itu, lanjut Pangkerego, maka pada Senin (19/12) kemarin, Dinas Dik-pora Mitra telah melakukan sosialisasi kepada semua sekolah di Mitra. “Pesertanya adalah semua kepala sekolah SD dan SMP se-Mitra. Dan esok (hari ini, red) dilanjutkan dengan sosialisasi untuk tingkat SMA dan SMK, tetapi khusus Dana Alokasi Khusus (DAK) 2012,” terang mantan Plt Kepala Dinas Pariwisata dan Kebuda-yaan tersebut.
Lanjut Pangkerego menjelas-kan, untuk 2012 nanti besar-an BOS untuk masing-masing sekolah tetap akan dihitung berdasarkan jumlah siswa, di mana untuk SD adalah Rp 580 ribu per siswa, sedangkan untuk SMP Rp 710 ribu per siswa. “Akan halnya DAK, 2012 nanti masing-masing adalah tingkat SD Rp 69,5 juta per ruang per paket, dan SMP Rp 90 juta per ruang per paket,” urainya.
Ditanya soal realisasi penya-luran BOS di 2011 ini, khu-susnya tahap IV yang belum tersalur, menurut Pangkere-go, prosesnya sementara berjalan dan berkasnya sudah ada di instansi keuangan dalam hal ini Dinas Pendapat-an, Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (PPKAD) Mitra. “Sudah di PPKAD sehingga tinggal posting dananya. Yang pasti penyalurannya ke se-mua sekolah tidak akan lewat pekan berjalan ini,” pung-kasnya.(ftj)
Pemkab Mitra Cetak Hattrick Disclaimer

Manado, KOMENTAR
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI Perwakilan Sulut telah menuntaskan pemeriksaan LKPD (Laporan Keuangan Pemerintahan Daerah) pemerintah propinsi dan 15 kabupaten/kota se-Sulut. Hasilnya, LKPD 13 kabupaten/kota mengecewakan dengan opini ’Tidak Wajar’ dan ’Tidak Memberikan Pendapat’ (TMP) alias disclaimer. Parahnya lagi, ada pemkab yang mencetak hattrick disclaimer.
Pasalnya, dari 15 kabupaten/kota se-Sulut, Pemerintah Kabupaten Minahasa Tenggara (Mitra) menjadi satu-satunya mencetak tiga kali (hattrick) opini “Tidak Memberi Pendapat (TMP)’’ atau disclaimer dari BPK. Itu terjadi pada LKPD tahun 2008, 2009 dan 2010 atau selama kepemimpinan Bupati Telly Tjanggulung (T2).
Sayangnya, T2 menolak saat hendak dikonfirmasi. “No comment,” ujarnya. Namun demikian, ketika membawakan sambutan mewakili para kepala daerah yang hadir di Peninsula Hotel, T2 menyam-paikan akan menindaklanjuti opini dari BPK Sulut tersebut dengan memperbaiki admi-nistrasi keuangan di pemerin-tahan yang dipimpinnya.
Seperti diketahui, bertempat di Peninsula Hotel, Senin (19/12) kemarin, Kepala BPK Rochmadi Saptogiri SE MM Ak menyerahkan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) APBD 2010 kepada lima ka-bupaten/kota se-Sulut dan diterima langsung Walikota Tomohon Jemmy Eman, Bu-pati Minahasa Utara Sompie Singal, Bupati Minahasa Tenggara Telly Tjanggulung, Bupati Minahasa Selatan Tetty Paruntu dan Bupati Bolmong Timur Sehan Landjar.
LKPD kelima kabupaten/kota ini mendapat opini dis-claimer atau Tidak Memberi Pendapat (TMP). Menurut Saptogiri, opini itu dikeluar-kan BPK, karena 10 item se-cara sistemik tidak terpenuhi. Yakni pengelolaan kas tidak memadai, pengelolaan perse-diaan tidak memadai, belanja belum dipertanggungjawab-kan, aset tidak didukung buk-ti yang memadai, kebijakan kapitalisasi aset tidak mema-dai, pengelolaan utang tidak memadai, penyajian saldo SiLPA tidak memadai, reali-sasi belanja tidak sesuai per-untukan, serta penatausahan pendapatan tidak memadai disertai kekurangan peker-jaan fisik atau belum dikena-kan denda keterlambatan.
“Kita memberi waktu 60 hari setelah menerima LHP ini untuk diperbaiki dengan me-lampirkan bukti pendukung. Kami siap membantu jika diperlukan,” tukas Saptogiri. Menanggapi hal itu, seluruh walikota dan bupati menya-takan siap menindaklanjuti dan memperbaiki opini BPK tersebut sambil meminta pe-tunjuk dari BPK Sulut. Meski demikian hampir semua ke-pala daerah ini mengaku ter-kejut, kecuali Bupati Sehan Lanjar yang mengaku sudah memprediksi sebelumnya.
Menariknya, kelima kabu-paten/kota ini menyusul 8 kabupaten/kota se-Sulut yang lebih dahulu mendapat opini dari BPK yang masih mengecewakan. Mereka ada-lah Pemkot Manado dan Pem-kab Bolmong Selatan dengan opini Tidak Memberi Pendapat atau Disclamer, serta 6 kabu-paten/kota yang menerima opini Tidak Wajar (TW) ma-sing-masing Pemkot Kotamo-bagu, Pemkab Bolmong, Pem-kab Bolmong Utara, Pemkab Sangihe, Pemkab Talaud dan Pemkab Sitaro (Siau Tagulan-dang dan Biaro).
Hanya dua kabupaten/kota yang mendapat opini lebih baik yakni Wajar Dengan Pengecualian (WDP), masing-masing Pemkab Minahasa dan Pemkot Bitung. Sedang-kan Pemprop Sulut mendapat opini Wajar Tanpa Penge-cualian. “Secara keseluruhan hasilnya cukup mengecewa-kan,” kunci Saptogiri.(imo)

Rabu, 23 November 2011

PEMBANGUNAN DALAM PERSPEKTIF PERTAHANAN NEGARA:
PERANAN PEMERINTAH DAERAH
Oleh:
Prof. DR. I Komang Gede Bendesa
ikgbendesa@unud.ac.id
I. Pendahuluan. Konsep ketahanan nasional yang merupakan upaya mengoptimalkan seluruh aspek kehidupan melalui Astagatra yang meliputi Tri Gatra (geografi, alam, penduduk) dan Panca Gatra (ideologi, politik, ekonomi, sosial-budaya, dan hankam) nampaknya masih merupakan produk terbatas di lingkungan TNI saja. Pembinaan territorial (Binter) dalam pemberdayaan wilayah pertahanan melalui Astagatra belum tersosialisasikan dengan baik dimasyarakat dan pemerintah khususnya pemerintah daerah. Pemahaman masyarakat dan pemerintah daerah berkenan pemberdayaan wilayah pertahanan melalui bina teritorial nampaknya sangat terbatas. Di perguruan tinggi, meski ini diberikan pada mahasiswa pada MKU (mata kuliah umum) namun saat mahasiswa kembali ke masyarakat mereka tidak akan memahami bagaimana aktualisasinya di masyarakat melalui kebijakan pemerintah daerah.
Makalah disampaikan pada Seminar Nasional tentang Pemberdayaan Wilayah Pertahanan Melalui Binter Bersama Seluruh Komponen Bangsa Dalam Rangka Mengamankan Kepentingan Nasional di Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran, 26 Februari 2009.
2
Pada hakekatnya tujuan pembangunan ekonomi nasional adalah membuat masyarakatnya memperoleh kebebasan (freedom) baik kebebasan negatif maupun kebebasan positif. Bebas dari kebodohan, kemiskinan, dan keterbelakangan adalah beberapa contoh dari kebebasan negatif. Sedangkan bebas menyampaikan pendapat, memilih, dan sebagainya merupakan representasi dari kebebasan positif. Kedua jenis kebebasan tersebut dilakukan dalam nilai-nilai dan norma yang berlaku dimasyarakat.
Di bidang ekonomi, masyarakat miskin kebebasannya sangat terbatas dibandingkan mereka yang kaya, karena masyarakat yang sangat miskin sama sekali tidak mempunyai pilihan kecuali menerima apa yang ada atas belas kasihan orang lain. Peribahasa mengatakan “beggars never choose”. Kebebasan merupakan inti daripada proses pembangunan, karena dua alasan: pertama, alasan evaluatif yaitu penilaian terhadap kemajuan seharusnya didasarkan terutama pada apakah kebebasan sesorang meningkat; dan kedua, alasan keefektifan yaitu, pencapaian pembangunan adalah sepenuhnya tergantung pada penduduk yang berinteraksi. Menurut Sen (1999) dalam perspektif instrumental kebebasan meliputi: 1. Kebebasan berpolitik, 2. Fasilitas ekonomi, 3. Peluang sosial, 4. Jaminan transparansi, and 5. Perlindungan keamanan.
Salah satu komponen dalam pemberdayaan wilayah adalah pemberdayaan masyarakat miskinagar mereka mempunyai pilihan atau setidaknya kebebasan serta hak negatifnya terpenuhi. Pemberdayaan masyarakat yang meliputi delapan komponen dari Astagatra memerlukan pendekatan multidisiplin, karena tidak akan terselesaikan oleh satu disiplin saja. Pada tulisan ini, pemberdayaan tersebut dilihat dari kontek modal sosial yang dibangun di masyarakat, karena modal sosial selain merupakan barang publik juga merupakan modal yang sangat potensial dalam merekatkan bangsa bagi terwujudnya ketahanan nasional.
2. Arah Pembangunan. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan jangka panjang. Proses tersebut ditandai oleh perubahan dua peran aktor pembangunan yang sangat berarti.
3
Yang pertama, peranan relatif sektor pertanian menurun yang diimbangi oleh peningkatan peranan sektor jasa. Kedua, kekuasaan (power), yang mengendalikan perubahan tersebut, telah bergeser dari otot (violence) ke pengetahuan (knowledge). Toffler dalam Powershift (1991) menyampaikan tiga jenis kekuasan (power) yang telah mengalami pergeseran, yaitu kekuasaan dari kekerasan (violence) ke kekayaan (wealth), dan dari kekayaan ke pengetahuan (knowledge). Kekerasan dan kekayaan tergantung pada pengetahuan yang dapat mengarahkan pembangunan ke peradaban manusia yang lebih tinggi. Pertahananpun hendaknya berbasis pada pengetahuan, karena pengetahuan merupakan kekuasaan yang paling demokratis.
Pengetahuan dapat diperoleh apabila pendidikan secara terus menerus ditingkatkan dan dikembangkan baik melalui pengembangan ilmu maupun penelitian. Tingkat pendidikan penduduk Indonesia masih rendah, rata-rata tamat sekolah dasar, yang merupakan cerminan kualitas sumberdaya manusia Indonesia yang rendah pula. Keputusan pemerintah untuk menganggarkan pendidikan 20 persen dari APBN merupakan keputusan tepat dalam mengantisipasi perkembangan di masa depan. Marber (2009) mengungkapkan bahwa Indonesia akan menjadi anggota Top Seven Economy (E7) selain China, India, Brasilia, Meksiko, Korea Selatan, dan Rusia. Pada tahun 2050, E7 penduduknya diperkirakan berjumlah 5.208.971.595 orang, meningkat dari yang sekarang berjumlah 3.182.371.288 orang. Pada tahun 2050, penduduk Indonesia ditaksir 497.016.784 orang. Ini berarti Indonesia berpotensi menjadi negara besar di masa depan.
Meskipun demikian, arah menuju jalan tersebut tidak selalu mulus, mengingat masalah sosial-budaya, politik dan hankam yang belum sepenuhnya stabil sebagai suatu lepas pijak yang kokoh bagi persyaratan pembangunan. Dampak perkembangan berkehidupan di Indonesia sejak dilancarkannya gerakan reformasi tahun 1998, seolah-olah membenarkan pendapat Naisbit (1994). Sebagai paradok global dia menyampaikan antara lain: “The bigger the world economy, the more powerful its smallest players” dan “The more universal we become, the more tribal we act”. Dan mantra era baru bergeser dari “Think Globally, Act Locally” menjadi “Think Locally, Act Globally”.
4
Meski pendapat ini disampaikan hampir 15 tahun lalu, nampaknya masih relevan dengan keadaan Indonesia dan kita perlu menyimaknya dengan cermat. Demokrasi yang sedang kita lancarkan makin menguatkan tindakan-tindakan ke-lokalan masyarakat, mulai dari tuntutan pemekaran provinsi, perlakuan daerah khusus, penguatan klan-klan keluarga, bahkan penegakan raja-raja nusantara. Perkembangan tribal barupun sangat potensial karena didukung oleh teknologi informasi yang berkembang sangat spektakuler. Revolusi senyap ICT (information and communication technology) ini melahirkan tribal-tribal baru lewat facebooks, blog, dan sebagainya. Sepanjang tribal-tribal baru ini membangun jejaring yang kondusif bagi pembangunan maka dia merupakan modal sosial yang perlu ditunjang. Namun, sebaliknya apabila dia justru merusak tatanan nilai-nilai positif di masyarakat maka dia bukan lagi merupakan modal sosial tetapi justru dapat bertindak sebagai self-destructor.
Disini peran pemerintah sangat penting dalam mengarahkan jejaring baru tersebut menjadi modal sosial yang dapat meningkatkan ketahanan bangsa, bukannya hanya dengan melancarkan larangan-larangan semata, tetapi benar-benar memahami dan menguasai teknologinya serta mengantisipasi perkembangan yang muncul. Paradigma Macro Quantum yang disampaikan oleh Marber (2009) mengungkapkankan hubungan antar negara (masyarakat) berinteraksi dengan pemain yang lebih banyak, hubungan yang lebih besar serta kurang dapat diprediksi dan tidak pasti. Masalah-masalah yang muncul tidak dapat lagi dilihat sebagian-sebagian, tetapi membutuhkan penanganan menyeluruh. Interaksi yang demikian komplek dapat membuat pilihan yang benar tergantung pada kontek situasional dibandingkan satu pendekatan yang benar. Ukurannya bukan benar dan salah, tetapi lebih baik atau lebih buruk.
3. Isu Dasar Pembangunan. Beberapa isu penting yang perlu diperhtikan pemerintah dalam memberdayakan masyarakat yang diharapkan secara otomatis dapat meningkatkan pemberdayaan pertahanan, antara lain: basis pembangunan, daerah pedesaan, dan modal social. Basis pembangunan: the right to development.
5
Pembangunan yang berhasil adalah pembangunan yang dapat memberikan rasa aman bagi penduduknya, kebebasan serta kesetaraan. Hak atas pembangunan yang memberikan jaminan bagi penduduknya disampaikan oleh PBB melalui deklarasi Right to Development pada tahun 1986. Tiga ayat dari 17 ayat dari 10 pasal deklarasi disampaikan sebagai berikut.
1. The right to development is an inalienable human right by virtue of which every human person and all peoples are entitled to participate in, contribute to, and enjoy economic, social, cultural and political development, in which all human rights and fundamental freedoms can be fully realized.
2. The human person is the central subject of development and should be an active participant and beneficiary of the right to development.
3. States have the primary responsibility for the creation of national and international conditions favourable to the realization of the right to development.
Pasal tersebut menyampaikan bahwa anggota masyarakat berhak atas seluruh aspek pembangunan dan hasil-hasilnya, serta menjadi subyek pembangunan. Negara bertanggung jawab atas kondisi nasional maupu internasional agar hak atas pembangunan dapat terrealisasi.
Dengan demikian, hak-hak masyarakat baik hak negatif maupun hak positif perlu diperhatikan dengan baik. Misalnya, hak atas kekayaan intelektual, seperti paten, hak cipta perlu mendapat perhatian lebih serius lagi, karena dari sisi ekonomi hak ini merupakan insentif seseorang untuk menghasilkan sesuatu atau menciptakan sesuatu yang baru. Tanpa hak-hak ini sulit akan dihasilkan temuan-temuan baru (innovation) sebagai prasayarat bagi pembangunan.
4. Daerah Belakang Bedesaan dan Pertanian. Sejak dimulainya Pelita pada tahun 1971, perekonomian Indonesia telah mengalami perubahan struktur yang sangat mendasar. Peranan pertanian pada pendapatan dan kesempatan kerja menurun secara signifikan meskipun secara absolut meningkat.
6
Bebera ciri lain, misalnya: sebagian besar penduduk masih berada di daerah pedesaan sebagai petani dengan pendidikan yang rendah, produktivitas tenaga kerja rendah, lebih rendah dari sektor manufaktur dan jasa.
Kemiskinan berakar di pedesaan. Penanganan kemiskinan belum sepenuhnya mencapai sasaran karena banyak program yang memerlakukan masyarakat miskin di desa sebagai “client”, yaitu menunjukkan kekurangan-kekurangan yang dimiliki oleh mereka, kemudian memberikan bantuan untuk itu. Yang tepat adalah bukan mencari kekurangan, tetapi menunjukkan kemampuan mereka. Konsep dan dampak ke dua cara ini sangat berbeda. Kemiskinan merupakan orang tua kerusakan lingkungan dan sosial, yang dapat melahirkan bangsa yang terkebelakang yang berujung pada ketahanan nasional yang lemah.
Kemiskinan tidak akan pernah terhapus karena kemiskinan tidak saja berkaitan kebutuhan fisik tetapi juga “rasa”. Seseorang yang pendapatannya meningkat bisa juga merasa miskin apabila pendapatan tetangganya meningkat lebih tinggi dari pendapatannya. Pengukuran kemiskinan hanya dari sisi pendapatan dapat membuat kebijakan pemerintah tidak efektif apabila potensi masyarakat tidak sepenuhnya dapat direalisasikan. Kemiskinan hendaknya dilihat dari terampasnya kapabilitas dasar seseorang, bukan semata-mata karena rendahnya pendapatan, seperti disampaikan oleh Amartya Sen (1999) menyatakan “Poverty must be seen as the deprivation of basic capabilities rather than merely as lowness of incomes, which is the standard criterion of identification of poverty”. Seorang cacat fisik kapabilitasnya sangat terbatas sehingga yangbersangkutan tidak mampu mengaktualisasikan dirinya meskipun secara financial dibantu.
Kapabilitas seseorang dipengaruhi oleh umur, jender, peranan sosial, budaya, dan lainnya. Karenanya, dalam jangka panjang, penanganan kemiskinan oleh pemerintah tidaklah cukup hanya memberikan bantuan langsung tunai atau sejenisnya, tetapi lebih dari itu, meningkatkan kapabilitas mereka. Untuk pembangunan pedesaan ada baiknya kita belajar dari China. Pada tahun 1980an di China terjadi perubahan besar pada pembangunan pedesaan, yaitu peningkatan besar-besaran private rural entrepreneurship yang sepenuhnya lokal.
7
Meskipun asalnya dari daerah pedesaan namun perkembangan usaha mereka bukan saja di desa tetapi dengan cepat merambah kota. Bertumbuhnya justru berasal dari pedesaan. Pendapatan dari usaha entrepreneurial meningkat sumbangannya terhadap pendapatan pedesaan dari 8,1 persen pada tahun 1983 menjadi 14,8 persen tahun 1988. Peningkatan rural entrpreneurship telah mendorong industrialisasi di pedesaan.
Petani China memiliki dua karakteristik petani yang menonjol, yaitu: mereka sangat berjiwa wirausaha (entrepreneurial), spontan, dan sebagai pemilik dan operator siap menyediakan modal dan kapabilitas usaha; kedua, mereka sangat termotivasi untuk maju, terdorong kuat menjadi petani kaya. Pembangunan entrepreneurial yang demikian cepat dapat dilihat dari penerimaan pajak pemerintah atas usaha sendiri (self-employment business) yang hampir sepenuhnya berada pedesaan, yaitu dari 884 juta yuan pada 1981 menjadi 3,5 milyar yuan pada tahun 1982, atau meningkat hampir 4 kali lipat hanya dalam waktu setahun. Pendapatan per kapita penduduk pedesaan meningkat rata-rata 11,4 per sen per tahun dari tahun 1978 sampai 1981.
Cikal bakal dan asal muasal Kapitalisme China pada intinya berasal dari pedesaan; salah satu penyebabnya karena perencanaan sentral atau terpusat selalu lemah di daerah pedesaan. Banyak perusahaan besar manufaktur berasal dari provinsi terkebelakang dan daerah pertanian. Misalnya, usaha kulkas terbesar, Kelon Group, didirikan oleh pengusaha Wang Guoduan berasal dari pedesaan Shunde provinsi Guangdong.
Demikian pula mobil yang di ekspor bukannya berasal dari kota besar tetapi dari daerah pedesaan. Kesuksesan ekonomi di pedesaan dibandingkan perkotaan disebabkan karena kebijakan ekonomi di daerah pedesaan jauh lebih liberal dibandingkan dengan di perkotaan.
Menurut Deng Xiaoping setelah peristiwa Tiananmen Square pada 10 Mei 1989, ternyata tidak ada gejolak dari para petani yang disebabkan karena para petani merasa puas dari sisi kebutuhan ekonominya. Justru menurunnya pertumbuhan ekonomi pada tahun 1990an dibandingkan tahun 1980an disebabkan karena kebijakan pemerintah yang merusak stabilitas pedesaan.
8
Di Indonesia justru para petani turun ke jalanan menuntut hak-hak mereka atas tanah seperti peristiwa yang terjadi di Yogya Entrepreneurship di China merupakan usaha kerja sendiri (self-employment business) dengan kepemilikan tunggal yang dikenal dengan nama individual business (geti hu) atau entitas ekonomi individual (geti jingji). Usaha berlandaskan entrepreneurship ini pada tahun 1979 meliputi 59 persen dari keseluruhan usaha di China, tahun 1980 menjadi 63,6 persen, tahun 1984 meningkat menjadi 65,5 persen. Dari semua usaha swasta yang berbasis di perkotaan, 30 persen dikendalikan oleh entrepreneur desa. Alasan kenapa kapitalisme di China berakar di pedesaan adalah karena: 1. dinamika sisi permintaan, yaitu meningkatnya permintaan barang dan jasa konsumsi sebagai permintaan turunan (derived demand); dan, 2. dari sisi penawaran karena petani mampu merespon perubahan pasar dengan cepat dan dalam skala besar. Disamping itu entrepreneur tumbuh dipedesaan karena dorongan pendidikan dan kesehatan, dimana pemerintah melakukan investasi sangat besar di pedesaan. Para petani entrepreneur hanya 8 persen buta huruf, 85 persen tamatan SMP dan 15 persen tamatan SMA. Dari semua usaha tersebut 72 persen merupakan usaha manufaktur, usaha lainnya adalah di bidang konstruksi dan transpor untuk proyek-proyek besar.
Juga banyak dari para entrepreneur desa yang beroperasi di daerah perkotaanm, yaitu sekitar 55 persen dengan basis permanen di daerah perkotaan.
Menurut Aziz (1978) sistem komunal di China dalam mentransformasi pertanian ke pembangunan pertanian mereka telah memenuhi persyaratan bagi pembangunan pedesaan, yaitu: diversifikasi ekonomi pedesaan, penyediaan jasa sosial dasar dan infrastruktur pedesaan, dan mengintegrasikan kegiatan komunal dengan target nasional.
Belajar dari pengalaman China ini, maka pemerintah (daerah) alangkah baiknya mengembangkan entrepreneur bukan saja di daerah perkotaan tetapi juga kewilayah pedesaan dengan menyediakan fasilitas dasar sebagai persyaratan utama, yaitu infrastruktur baik hard-infrastructure seperti: jalan, irigasi, skolah, dan lainnya maupun soft-infrastructure seperti kebijakan keuangan, aturan subsidi, dan lainnya.
9
5. Modal Sosial Identitas. Sebelum peristiwa September 11, 2001 bangsa Amerika jarang menaikkan bendera sebagai penghormatan bagi Negara dan bangsanya, Suatu contoh yang diberikan Huntington (2004), di suatu blok pertokoan, setelah peristiwa 11 September, hanya sebuah toko minuman menaikkan satu bendera, dua minggu berikutnya 17 bendera dikerek di blok pertokoan tersebut. Kemudian, bendera dikerek dimana-mana, rumah, perkantoran, daerah bisnis, dsb. Awal Oktober, 80 persen warga Amerika menaikkan bendera, 63 persen diperumahan, 29 persen di baju-baju, dan 28 persen kendaraan.
Toko Wall Mart melaporkan menjual 116.000 bendera pada tanggal 11 September dan 250.000 bendera hari berikutnya., yang sebelumnya hanya 6.400 dan 10.000 pada hari yang sama setahun lalu. Peristiwa tersebut ternyata mampu menumbuhkan rasa kebersamaan, solidaritas diantara mereka dengan menunjukkan identitas mereka, bendera. Peristiwa Bom Bali pada tahun 2002 dan 2005 tidak menggugah kemunculan identitas masyarakat Bali. Tidak tampak suatu kebangkitan solidaritas melalui identitas yang dimiliki. Tetapi apakah identitas mereka sesungguhnya? Tidak ada bendera yang di kerek, tidak ada warga berkostum hitam turun ke jalan, atau lainnya. Peristiwa tersebut disikapi dengan tindakan religious. Masyarakat melakukan persembahyangan bersama, memohon kepada Tuhan agar peristiwa tersebut tidak terulang dan kedamaian tetap berlangsung di Bali. Artinya, setiap masyarakat mempunyai cara tersendiri untuk menunjukkan identitasnya. Identitas juga merupakan daya rekat yang tinggi serta merupakan modal sosial sepanjang dia positif bagi masyarakat.
Identitas adalah individu atau kelompok yang memiliki rasa diri. Identitas merupakan hasil kesadaran diri, memiliki ciri yang membedakan dari lainnya. Identitas muncul karena beberapa faktor, antara lain: askriptif, seperti umur, gender, kekerabatan, etnik, 2. Budaya, seperti klan, suku, etnis, bahasa, nasionalitas, agama, 3. Territorial, seperti daerah tetangga, desa, kota, provinsi, negara, bagian, daerah geografis, kontinen, 4. Politik, seperti faksi, klik, pemimpin, grup, gerakan, partai, ideologi, negara, 5. Ekonomi, seperti pekerjaan, profesi, kelompok kerja, industri, sektor ekonomi, serikat buruh, klas, dan, 6. Sosial, seperti teman, klub, tim, kolega, status, group hobi.
10
Pemerintah (daerah) mungkin tidak memiliki data tentang identitas ini, sesuatu yang sulit dikerjakan tetapi sesungguhnya laten. Pemerintah perlu mengetahui apa sesungguhnya identitas masyarakat yang dapat membangkitkan dan memperkuat daya tahan nasional pada saat diperlukan.
6. Solidaritas. Peranan nilai solidaritas dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat dapat ditingkatkan melalui penciptaan modal sosial yang kondusif bagi pembangunan. Modal sosial berkaitan erat dengan kultur, kebiasaan, serta norma yang berlaku di masyarakat. Alasan kenapa modal sosial dapat mempererat solidaritas masyarakat didasarkan pada argumentasi: bahwa anggota masyarakat sering lebih baik bila dan hanya bila melakukan kerjasama dengan anggota masyarakat lainnya, karena modal sosial dapat memecahkan masalah yang dihadapi bersama dengan lebih mudah.
Modal sosial merupakan pelumas roda organisasi yang dapat berupa kelompok atau grup, perkumpulan, atau lainnya yang memungkinkan masyarakat dapat berkembang lebih lancar. Solidaritas diartikan sebagai sifat sama rasa atau rasa setia kawan dalam kepentingan dan tujuan sesama anggota pada suatu organisasi. Solidaritas sosial diperoleh antara dua individu atau lebih apabila ada suatu tingkat saling percaya dan komitmen antara mereka yang tidak tergantung pada transaksi khusus apapun (Portes dan Sensenbrenner dalam Sandefur dan Laumann, 2000).
Solidaritas sosial antara anggota dapat terjadi melalui perintah resmi, apabila nilai-nilai budaya yang didukung oleh norma-norma yang efektif menghendaki agar anggota keluarga mengawasi serta memperhatikan anggota lainnya. Atau, solidaritas dapat muncul karena kondisi interaksi yang berulang-ulang terjadi antara anggota dalam suatu waktu yang membentuk modal sosial, seperti kepercayaan dan kewajiban bersama. Dengan kata lain, solidaritas sosial terjadi dalam suatu situasi timbal-balik, yaitu apabila tindakan saling bantu diperlukan maka itu tidak dilakukan dalam reaksi karena suatu keuntungan akan diterima, tetapi karena penghormatan terhadap hubungan sosial itu sendiri.
11
Nilai atau norma informal yang dimiliki oleh anggota grup yang memungkinkan kerjasama diantara mereka Fukuyama (1999). Modal sosial berisi sumber-sumber (seperti kekayaan, kekuasaan, dan reputasi, maupun jejaring sosial) dari individu lainnya dengan mana individu mendapatkan akses ke sumber tersebut melalui ikatan sosial. Sumber sosial dapat berupa benda material dan juga simbol-simbol barang seperti pendidikan, keanggotaan klub, gelar pendidikan, nama keluarga atau clan, reputasi, atau kemasyhuran. Beberapa kata kunci yang menjadikan modal sosial dapat berkembang antara lain: kepercayaan (trust), komitmen (commitment), asas timbal-balik (reciprocity), toleransi (tolerance), dan jejaring (net work) Nilai-nilai kebersamaan dan norma-norma yang di anut masyarakat tidak dengan sendirinya dapat menciptakan modal sosial.
Apabila dari nilai-nilai yang ada di masyarakat bukannya menciptakan solidaritas tetapi sebaliknya kekacauan dan bahkan kemunduran serta kehancuran maka hal tersebut bukan merupakan modal sosial tetapi self-destruction atau predatory society.
Masyarakat predator (predatory society) adalah kebalikan daripada masyarakat madani (civil society), yaitu: pertama, tidak ada komunitas riil, tidak ada komitmen bersama terhadap visi terhadap barang publik, dan hukum tidak dihormati.
Perilaku masyarakat sinis dan oportunistik. Mereka yang memiliki kekuasaan politik memonopli dan mengambil keuntungan darinya. Jadi, apabila ada pemilihan yang kompetitif, ini akan berujung pada perjuangan zero-sum yang sengit dimana setiap orang enggan dinyatakan kalah. Orang-orang akan bekerja sama untuk memperoleh kekuasaan dan hak-hak istimewa. Dalam masyarakat predatori, mereka yang kuat akan memangsa yang lemah dan yang kaya mengambil keuntungan dari yang miskin atas layanan barang publik serta korupsi dilihat sebagai suatu norma (Diamond, 2008).
Pemberantasan korupsi yang baru-baru saja dimulai dengan serius dapat menghindari masyarakat predator. Kekuatan ikatan keluarga berbeda dari satu masyarakat ke masyarakat lainnya, juga berbeda menurut tingkat intensitas relatif kewajiban sosial. Dalam beberapa hal terjadi hubungan terbalik antara ikatan kepercayaan (trust) dan timbal-balik (reciprocity), dalam keluarga dan luar keluarga.
12
Apabila tingkat kepercayaan kuat dalam keluarga maka hal tersebut bisa lemah di luar keluarga. Menurut Fukuyama (2000), di China dan Amerika Latin, ikatan keluarga sangat kuat dan kohesif, tetapi mereka sangat sulit bisa mempercayai orang asing, dan tingkat kejujuran dan kerjasama pada kehidupan publik rendah. Akibatnya, nepotisme dan korupsi berkembang dalam urusan publik. Kebajikan sosial lainnya yang memperkuat modal sosial antara lain: kejujuran, keterandalan, kesediaan bekerja sama, rasa wajib terhadap orang lain.
Sedangkan kebajikan ekonomi yang mempunyai dampak positif bagi perekonomian seperti sikap hemat, kerja keras, rasional, inovatif, ketersediaan menghadapi resiko. Modal sosial tercipta dari berbagai sumber, antara lain: agama (nilai-nilai agama yang terkandung), kebudayaan (nilai-nilai budaya dan norma), dan pengalaman sejarah. Modal sosial merupakan barang publik. Dia tidak dimiliki oleh individu tertentu saja tetapi tergantung pada semua anggota dalam jaringan di masyarakat, demikian pula modal sosial tidak terletak pada pelaku atau anggota itu sendiri tetapi pada hubungannya dengan pelaku atau anggota lainnya.
Menurut Laporan Bank Dunia (2000), tingkat modal sosial mempunyai dampak yang signifikan pada proses pembangunan, antara lain: 1.Pada bidang pendidikan: para guru lebih komited, mahasiswa mencapai nilai yang lebih tinggi, dan fasilitas sekolah dimanfaatkan lebih baik pada komunitas dimana orang tua dan masyarakat berperan aktif pada pendidikan; 2.Pada bidang kesehatan: dokter dan perawat berperan lebih aktif dan memberikan perhatian lebih banyak pada tugasnya dimana tindakannya dibantu dan dimonitor oleh kelompok masyarakat; dan, 3. Pada pembangunan pedesaan: desa-desa dengan modal sosial yang lebih tinggi dapat memanfaatkan kredit dan obat-obatan kimia lebih baik dan membangun jalan-jalan pada tingkat kerjasama desa.
7. Kasus: Solidaritas Sosial Masyarakat Bali. Dengan menggunakan pendekatan modal sosial, solidaritas sosial masyarakat Bali dalam berbagai aspek kehidupan dapat diidentifikasi. Meskipun demikian, identifikasi ini hanya menunjukkan gejala atau tren yang terjadi di masyarakat, yang dalam beberapa hal tren tersebut memberikan dampak negatif bagi pembangunan pada umumnya.
13
Beberapa gejala atau tren yang dapat diidentifikasi antara lain: Politik Semenjak reformasi digulirkan perubahan dalam dunia politik terjadi demikian cepat. Partai politik berkembang dalam jumlah relatif besar. Namun, yang terjadi bersamaan dengan perkembangan tersebut adalah adanya anggota partai yang berpindah-pindah dengan alasan masing-masing. Ini menunjukkan komitmen dalam organisasi kurang bahkan menunjukkan degradasi. Banyaknya anggota dewan (DPRD) yang tidak menghadiri rapat juga menunjukkan kurangnya komitmen tersebut. Ekonomi Modal sosial di bidang ekonomi dapat dikatakan rendah bila dilihat dari kepercayaan dan jejaring yang dapat dibangun. Pada tingkat paling bawah, kepercayaan antar grup atau warga dapat dikatakan sangat baik. Misalnya, warung-warung yang ada di desa, pembayaran tidak terjadi pada saat transaksi, bahkan pembeli mengambil barang tanpa harus ditunggui oleh pemilik warung.
Pada warung (disebut café agar mentereng) di daerah perkotaan terutama daerah pariwisata hal seperti ini tidak terjadi lagi. Untuk tingkat yang lebih atas dalam hal radius transaksi yang melibatkan orang-orang di luar daerahnya, kepercayaan dan terutama jejaring hampir dapat dikatakan tidak ada. Mereka menjadi lebih individualis tanpa ada kemauan (atau tidak adanya kemampuan?) untuk membangun jejaring diantara sesamanya. Hal ini berbeda dengan bangsa Yahudi dan China yang terkenal maju karena jejaringnya di bidang ekonomi.
Untuk Indonesia, etnis Padang dapat dipakai sebagai contoh keberhasilan dalam membangun jejaring di bidang ekonomi. Sosial-budaya Di bidang sosial-budaya, masyarakat Bali bersifat dualistik. Di satu pihak menerima globalisasi, tetapi di pihak lain mengintensifkan “glokalisasi”. Persoalan klan dan kasta yang muncul hampir tidak memberikan nilai tambah positif bagi pembangunan. Ini menyangkut nilai atau sikap toleransi dari modal sosial. Kurangnya sikap toleran juga dapat diamati pada persoalan beberapa warga yang dilarang di kubur. Apapun alasannya, dari sisi pandang penciptaan modal sosial, seperti dijelaskan di atas, norma atau nilai-nilai yang ada tidak lagi dapat disebut sebagai modal sosial. Yang perlu dicermati ke depan adalah peran daripada pecalang sebagai suatu organisasi atau grup yang ada di desa.
14
Organisasi ini hendaknya di kembangkan kearah yang memberikan dampak positif bagi warganya yang dapat membangun jejaring yang lebih luas untuk Bali dan mampu menciptakan rasa aman. Grup atau kelompok dengan jejaring tingkat nasional yang memanfaatkan banjar adalah Kelompencapir dan Program KB sistem banjar.
Kelompok ini mempunyai dimensi inklusif (bridging) dengan penyebaran informasi yang luas sehingga mempunyai dampak positif. Peranan banjar dalam hal ini sangat bagus dan positif. Demikian pula subak, sekeha-sekeha memberikan nilai positif bagi solidaritas warga masyarakat. Hanya sayang, kelompok-kelompok ini nampaknya meredup tanpa adanya pemeliharaan terhadap modal sosial ini. Birokrasi Modal sosial di bidang birokrasi dalam beberapa hal rendah karena kurangnya kepercayaan dan komitmen yang ada. Misalnya, investasi. Dalam hal kepercayaan, dapat dilihat peristiwa sehari-hari, misalnya untuk setiap urusan kadangkala dibutuhkan identitas yang berlapis-lapis, seperti akte kelahiran, KTP, surat KK, kelakuan baik, dan sebagainya.
Untuk surat-menyurat ada yang menghendaki semuanya harus tandatangan basah dan legalisasi. Hampir tidak ada kepercayaan (trust). Rendahnya modal sosial ini menimbulkan kelambanan dalam birokrasi sehingga menjadi tidak efisien. Pemerintah daerah dapat membangun modal sosial melalui beberapa cara, antara lain: 1. Menciptakan pengalaman yang dapat membangun kepercayaan antara individu di bidang sosial-budaya, politik, ekonomi, pendidikan, dan birokrasi. 2. Menyediakan waktu yang cukup bagi masyarakat untuk membangun pengertian dan visi yang sama, karena sering terjadi masyarakat belum sepenuhnya memahami visi pemerintah atau organisasi lainnya. 3. Menggunakan teknologi tepat guna untuk membantu pembentukan jejaring dan pemeliharaan. Misalnya, banjar-banjar yang ada di Bali dibantu membangun jejaring melalui penyediaan komputer dan perpustakaan. Selama ini banjar dalam hal fasilitas dapat dikatakan tidak berkembang sama sekali kecuali perbaikan gedung. Tetapi fasilitas yang diperlukan yang dapat meningkatkan modal sosial yang lebih luas jangkauannya kurang memperoleh perhatian.
15
Anggota banjar umumnya memperoleh fasilitas tersebut di luar banjar sehingga ada kecenderungan mereka lebih erat dalam club untuk jangkauan yang lebih luas. Perpustakaan sama sekali di abaikan di banjar padahal penyebaran informasi dimulai dari banjar sangat efektif seperti yang dilakukan oleh program KB atau Kelompencapir. Setidaknya basis untuk menciptakan dan memperluas modal sosial sudah tersedia yang nilainya sangat tinggi.
8. Penutup. Pembangunan dalam perspektif pertahanan negara, membutuhkan pendekatan menyeluruh namun dimulai dari hal-hal yang sangat mendasar. Hal mendasar tersebut antara lain pembangunan dan hasil-hasilnya yang memberikan rasa aman dan kebebasan bagi warganya, dengan memberikan prioritas bagi mereka yang terkebelakang di daerah pedesaan agar muncul suatu rasa kebersamaan yaitu rasa solidaritas diantara warga sehingga tercipta masyarakat madani (civil society) yang berlawanan dengan masyarakat predator (predatory society). Masyarakat seperti ini akan mampu membuat bangsa bertahan dari pengaruh luar yang destruktif.
16
Referensi .
1. Aziz, S. 1978. Rural Development: Learning From China. The MacMillan Press Ltd. London.
2. Bendesa, I K.G. 2005. Peranan Nilai Solidaritas Sosial Dalam Budaya Bali Untuk Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat: Suatu pendekatan Modal Sosial. Makalah dibawakan dalam Seminar dalam Rangka Peringatan Ultah ke 52 Universitas Dwijendra Denpasar, 27 Januari 2005.
3. Chauffour, Jean-Pierre. 2009. The Power of Freedom, Uniting Human Rights and Development. CATO Institute, Washington. D.C.
4. Diamond, L. 2008. The Spirit of Democracy. Times Books, Henry Holt and Company, LLC, New York.
5. Fukuyama, F. 1999. The Great Disruption. The Free Press. New York.
6. Fukuyama, F. 2000. Social Capital. dalam Harrison L. E. and Samuel P. Huntington. 2000. Culture Matters: How Values Shape Human Progress.
7. Harrison, L. E. and Samuel P. Huntington. eds. 2000. Culture Matters: How Values Shape Human Progress. Basic Books. New York.
8. Huang Yasheng. 2008. Capitalism with Chinese Characteristics: Entrepreneurship and the State.Cambridge University Press. Cambridge.
9. Huntington, S. P. 2004. Who Are We? Penguin Books India Pvt Ltd, New Delhi.
10. Lesser, E. L. ed. 2000. Knowledge and Social Capital: Foundations and Applications. Butterworth-Heinemann. Boston.
11. Marber, P. 2009. Seeing the Elephant: Understanding Globalization from Trunk to Tail. John Wiley & Sons, Inc., Hoboken, New Jersey.
12. Martin, M. K. 2004. Social Capital: civic community, organization and education. http://www.infed.org
13. Naisbit, J. 1994. Global Paradox. Avon Books, New York.
14. Nan Lin. 2002. Social Capital: A Theory of Social Structure and Action. Cambridge University Press. Cambridge.
15. Putnam, R. D. 1993. The Prosperous Community. The American Prospect. in http://www.prospect.org
17
16. Sandefur, R. L. and Edward O. Laumann. A Paradigm of Social Capital. in Leser E. L. 2000: 69-87. Knowledge and Social Capital: Foundations and Applications. Butterworth-Heinemann. Boston.
17. Sen, A. 1999. Development As Freedom. Alfred A. Knopf, Inc., New York.
18. Toffler, A. 1991. Power Shift.Bantam Books, New York.

Materi Kuliah Pembangunan Pedesaan Bagian I

TUJUAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI PEDESAAN

  1. PEMBANGUNAN PEDESAAN BERSIFAT MULTI ASPEK
  2. DISADARI bahwa pembangunan pedesaan telah banyak dilakukan sejak dari dahulu hingga sekarang, tetapi hasilnya belum memuaskan tehadap peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan. Pembangunan pedesaan seharusnya dilihat bukan hanya sebagai obyek tetapi juga sebagai subyek pembangunan.
    Pembangunan pedesaan harus dilihat sebagai: (1) upaya mempercepat pembangunan pedesaan melalui penyediaan prasarana dan saran untuk memberdayakan masyarakat, dan (2) upaya mempercepat pembangunan ekonomi daerah yang efektif dan kokoh.
    Pembangunan pedesaan bersifat multi aspek oleh karena itu perlu di analisis/secara lebih terarah dan serba keterkaitan dengan bidang sektor, dan aspek di luar pedesaan (fisik dan non fisik, ekonomi dan non ekonomi, sosbud dan non spasial). Pembahasan berikut ini meliputi bebagai aspek yang terkait dengan kebijaksanaan dan strategi pembangunan pedesaan.
  3. TUJUAN DAN SASARAN
  4. Tujuan
    Tujuan pembangunan pedesaan jangka panjang adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan secara langsung melalui peningkatan kesempatan kerja, kesempatan berusaha dan pendapatan berdasarkan pendekatan bina lingkungan, bina usaha dan bina manusia, dan secara tidak langsung adalah meletakkan dasar-dasar yang kokoh bagi pembangunan nasional.
    Tujuan pembanguan pedesaan jangka pendek adalah untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan ekonomi dan pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya alam.
    Tujuan pembanguan pedesaan secara spasial adalah terciptanya kawasan pedesaan yang mandiri, berwawasan lingkungan, selaras, serasi, dan bersinergi dengan kawasan-kawasan lain melalui pembangunan holistik dan berkelanjutan untuk mewujudkan masyarakat yang damai, demokratis, berkeadilan, berdaya saing, maju dan sejahtera.
    Sasaran
    Sasaran pembangunan pedesaan adalah terciptanya:
    1. Peningkatan produksi dan produktivitas
    2. Percepatan pertumbuhan desa
    3. Peningkatan keterampilan dalam berproduksi dan pengembangan lapangan kerja dan lapangan usaha produktif.
    4. Peningkatan prakarsa dan partisipasi masyarakat.
    5. Perkuatan kelembagaan.
    Pembangunan pedesaan yang dilaksanakan harus sesuai dengan masalah yang dihadapi, potensi yang dimiliki, serta aspirasi dan prioritas masyarakat pedesaan.
    Ruang Lingkup Pengembangan Pedesaan
    Pengembangan pedesaan mempunyai ruang lingkup, yakni:
    1. Pembangunan sarana dan prasarana pedesaan (meliputi pengairan, jaringan jalan, lingkungan permukiman dan lainnya).
    2. Pemberdayaan masyarakat.
    3. Pengelolaan sumberdaya alam (SDA) dan sumberdaya manusia (SDM).
    4. Penciptaan lapangan kerja, kesempatan berusaha, peningkatan pendapatan (khususnya terhadap kawasan-kawasan miskin).
    5. Penataan keterkaitan antar kawasan pedesaan dengan kawasan perkotaan (inter rural-urban relationship).
    Prinsip-Prinsip Pembangunan Pedesaan
    Pembangunan pedesaan seharusnya menerapkan pninsip-prinsip yaitu: (1) transaparansi (keterbukaan), (2) partisipatif, (3) dapat dinikmati mayarakat, (4) dapat dipertanggungjawabkan (akuntabilitas), dan (5) berkelanjutan (sustainable). Kegiatan-kegiatan pembangunan yang dilakukan dapat dilanjutkan dan dikembangkan ke seluruh pelosok daerah, untuk seluruh lapisan masyarakat. Pembanguan itu pada dasarnya adalah dari, oleh dan untuk seluruh rakyat. Oleh karena itu pelibatan masyarakat seharusnya diajak untuk menentukan visi (wawasan) pembangunan masa depan yang akan diwujudkan. Masa depan merupakan impian tentang keadaan masa depan yang lebih baik dan lebih mdah dalam arti tercapainya tingkat kemakmuran yang lebih tinggi.
    Pembangunan pedesaan dilakukan dengan pendekatan secara multisektoral (holistik), partisipatif, berlandaskan pada semangat kemandirian, berwawasan lingkungan dan berkelanjutan serta melaksanakan pemanfaatan sumberdaya pembangunan secana serasi dan selaras dan sinergis sehingga tercapai optimalitas.
    Ada tiga prinsip pokok pembangunan pedesaan, yaitu:
    Pertama, Kebijaksaan dan langkah-langkah pembangunan di setiap desa mengacu kepada pencapaian sasaran pembangunan berdasarkan Trilogi Pembangunan. Ketiga unsur Trilogi Pembangunan tersebut yaitu (a) pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, (b) pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, dan (c) stabilitas yang sehat dan dinamis, diterapkan di setiap sektor, temasuk desa dan kota, di setiap wlayah dan antar wilayah secara saling terkait, serta dikembangkan secara selaras dan terpadu.
    Kedua, Pembangunan desa dilaksanakan dengan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan. Penerapan prinsip pembangunan berkelanjutan mensyaratkan setiap daerah lebih mengandalkan sumber-sumber alam yang terbaharui sebagai sumber pertumbuhan. Disamping itu setiap desa perlu memanfaatkan SDM secara luas, memanfaatkan modal fisik, prasarana mesin-mesin, dan peralatan seefisien mungkin.
    Ketiga, Meningkatkan efisiensi masyarakat melalui kebijaksanaan deregulasi, debirokratisasi dan desentralisasi dengan sebaik-baiknya.
    Dalam melaksanakan kegiatan pembangunan pedesaan diperlukan kerjasama yang erat antar daerah dalam satu wilayah dan antar wilayah. Dalam hubungan ini perlu selalu diperhatikan kesesuaian hubungan antar kota dengan daerah pedesaan sekitarnya, dan antara suatu kota dengan kota-kota sekitarnya. Hal ini disebabkan karena pada umumnya lokasi industri, lokasi kegiatan pertanian atau sektor-sektor lain yang menunjang/terkait cenderung terkonsentrasi hanya pada beberapa daerah administrasi yang berdekatan. Dengan kerjasama antar daerah, maka daerah-daerah yang dimaksud dapat tumbuh secara serasi dan saling menunjang.
    Melalui kerjasama antara daerah-daerah/wilayah-wilayah dapat diusahakan keseimbangan pertumbuhan antara sektor pertanian dan sektor-sektor lain baik dari segi nilai tambah maupun dari segi penyiapan tenaga kerja.
    Strategi Pembangunan Pedesaan
    Pembangunan masyarakat pedesaan merupakan bagian dari pembangunan masyarakat yang diarahkan pula kepada pembangunan kelembagaan dan partisipasi serta pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan pada satuan wilayah pedesaan. Di negara-negara berkembang, secara demografis sebagian besar penduduk tinggal di pedesaan dan memiliki tingkat pendidikan rendah.
    Konsep pembangunan pedesaan menjadi pusat perhatian negara-negara berkembang sejak tahun 1950-an sampai sekarang. Setiap negara menerapkan strategi pembangunannya untuk memecahkan masalah yang dihadapi terutama menyangkut pertumbuhan penduduk, kemiskinan, urbanisasi, dan pengangguran masyarakatnya. Program dan kegiatan pembangunan pedesaan secara menyeluruh menyangkut bidang ekonomi, sektor-sektor pendidikan, jesehatan, kesempatan kerja, dan bidang sosial budaya dan lainnya.
    Seperti dalam pembangunan ekonomi pada umumnya, maka dalam mewujudkan tujuan pembangunan pedesaan, terdapat paling sedikit empat jenis strategi, yaitu (1) Strategi pertumbuhan, (2) Strategi kesejahteraan, (3) Strategi yang responsif terhadap kebutuhan masyanakat, (4) Strategi terpadu atau strategi yang menyeluruh.
    Strategi Pertumbuhan
    Strategi pertumbuhan umumnya dimaksudkan untuk mencapai peningkatan secara cepat dalam nilai ekonomis melalui -peningkatan pendapatan perkapita, produksi dan produktivitas sektor pertanian, permodalan, kesempatan kerja dan peningkatan kemampuan partisipasi masyarakat pedesaan.
    Strategi Kesejahteraan
    Strategi kesejahteraan pada dasarya dimaksudkan untuk memperbaiki tanaf hidup atau kesejahteraan penduduk pedesaan melalui pelayanan dan peningkatan program-program pembangunan sosial yang berskala besar atau nasional, seperti peningkatan pendidikan, perbaikan kesehatan dan gizi, penanggulangan urbanisasi, perbaikan permukiman penduduk, pembangunan fasilitas transportasi, penyediaan prasarana dan sarana sosial lainnya.
    Strategi Responsif terhadap Kebutuhan Masyarakat
    Strategi mi merupakan reaksi terhadap strategi kesejahteraan yang dimaksudkan untuk menanggapi kebutuhan-kebutuhan masyarakat dan pembangunan yang dirumuskan oleh masyarakat sendini mungkin saja dengan bantuan pihak luar (self need and assistance) untuk memperlancar usaha mandiri melalui pengadaan teknologi dan tersedianya sumber-sumber daya yang sesuai kebutuhan di pedesaan.
    Ketiga strategi pertumbuhan di atas memiliki kelemahannya masing-masing. Strategi pertumbuhan mempunyai kelemahan yaitu semakin lebamya ketimpangan anggota masyarakat yang kaya dan yang miskin. Kelemahan strategi kesejahteraan yaitu menciptakan ketergantungan masyarakat yang sangat kuat kepada pemerintah. Strategi yang responsif terhadap kebutuhan masyarakat sangat sulit untuk direalisasikan, diadaptasikan dan ditransformasikan secara luas karena terlalu idealis, sehingga sukar dilaksanakan secara efektif.
    Strategi Terpadu dan Menyeluruh
    Strategi terpadu dan menyeluruh ini ingin mencapai tujuan-tujuan yang menyangkut kelangsungan pertumbuhan, persamaan, kesejahteraan dan partisipasi aktif masyarakat secara simultan dalam proses pembangunan pedesaan. Secara konsepsional terdapat tiga prinsip yang membedakannya dengan strategi lain, yaitu:
    Pertama, Persamaan, keadilan, pemerataan dan partisipasi masyarakat merupakan tujuan yang eksplisit dan strategi terpadu ini. Oleh karena itu pemerintahan desa yang berwenang harus: (a) memahami dinamika sosial masyarakat setempat, (b) memecahkan masalah yang dihadapinya, dan (c) memperkuat kemampuan aparatur pemerintahan desa dalam melakukan intervensi sosial.
    Kedua, Perlunya perubahan-perubahan yang mendasar, baik dalam kesepakatan maupun dalam gaya dan cara kerja, karena itu pemerintahan desa harus memiliki komitmen yang kuat untuk: (a) menentukan arah, strategi, dan proses menuju terwujudnya tujuan dan sasaran pembangunan, (b) memelihara integritas masyarakat pedesaan yang didukung oleh local leadership (kepemimpinan lokal).
    Ketiga, Perlunya keterlibatan pemerintahan desa dan organisasi sosial secara terpadu, untuk meningkatkan keterkaitan antara organisasi formal dan organisasi informal.
    Strategi terpadu dan menyeluruh pembangunan masyarakat desa menggunakan pendekatan, yakni:
    1. Tujuan utamanya adalah pertumbuhan, persamaan, kesejahteraan dan partisipasi aktif masyarakat desa.
    2. Sasarannya adalah membangun dan memperkuat kemampuan untuk melaksanakan pembangunan bersama pemerintah.
    3. Lingkupnya adalah masyarakat yang beraneka ragam dan kompleks.
    4. Koordinasinya adalah koordinasi yang beraneka ragam baik permanen maupun adhoc di semua tingkatan, fungsi, kebutuhan dan mekanismenya.
    5. Arus komunikasinya dua arah yang dilakukan secara formal, informal, vertikal, horisontal, diagonal dan berkesiniambungan melalui berbagai saluran dan bentuk sarana komunikasi yang persuasif dan edukatif.
    6. Tempat prakarsa adalah kelompok-kelompok masyarakat pemerintah lokal dan desa melalui pengumpulan informasi, penentuan dan pengambilan keputusan, implementasi kebijakan dan monitoring kegiatan secara terpadu, saling terkait dan terus menerus.
    7. Indikator prestasi yang dicapai mendasarkan pada pemecahan masalah pedesaan yang strategis (yaitu aspek kependudukan dar berbagai kegiatan yang dilakukan) yang diarahkan kepada perbaikan persamaan, pemerataan, keadilan, kesejahteraan dan partisipasi masyarakat yang dihubungkan dengan tujuannya.
    Indikator Pembangunan Ekonomi Pedesaan
    Dalam pembangunan pedesaan, perencanaan ekonomi dan sosial adalah merupakan prasyarat. Suatu desa dianalisis sebagai suatu sistem ekonomi dan sosial terbuka yang berhubungan dengan desa-desa lain melalui arus perpindahan faktor produksi, pertukaran komoditas dan informasi serta mobilitas penduduk. Merupakan persoalkan yang penting pula yaitu bagaimaria mengukur peningkatan dalam kegiatan ekonomi dan sosial, peningkatan produksi, sumberdaya pembangunan, pendapatan perkapita, perbaikan sistem transportasi.
    Beberapa indikator dalam pembangunan ekonomi pedesaan dapat dikemukakan sebagai berikut :
    Pendapatan Desa Perkapita
    Salah satu konsep penting dalam pembangunan ekonomi pedesaan adalah nilai seluruh produksi (PDRB) dalam suatu desa (atau Produksi Domestik Regional Bruto untuk tingkat kabupaten). Nilai seluruh produksi ini merupakan ukuran prestasi ekonomi dari seluruh kegiatan ekonomi, yang dihitung dengan pendekatan arus barang dan jasa akhir, tetapi dapat pula dihitung dengan menjumlahkan biaya atau penghasilan yang diperlukan untuk memproduksi output. Nilai seluruh produksi dikurangi pajak tak langsung netto dan penyusutan maka diperoleh pendapatan pedesaan, jika dibagi dengan jumlah penduduk desa menjadi sama dengan Pendapatan Pedesaan per kapita.
    Timbul kekecewaan terhadap Nilai Seluruh Produksi (PDRB) sebagai tolok ukur kesejahteraan ekonomi, pertama, karena PDRB mencakup juga banyak elemen yang memberikan sumbangan yang tidak jelas terhadap kesejahteraan perorangan, dan kedua, karena elemen pokok dan kesejahteraan itu justru diabaikan. Untuk menyempurnakan tolok ukur ekonomi yang lebih tepat, maka perlu dilakukan koreksi positif dan negatif yang harus ditambahkan atau dikurangkan pada PDRB.
    Koreksi positif, yaitu waktu luang. misalnya seseorang menjadi lebih kaya dan sejahtera maka seseorang akan memutuskan untuk bekerja dalam waktu yang Iebih singkat seminggunya, dengan barapan memperoleh kepuasan psikis dan tambahan waktu luang tersebut. Kepuasan waktu luang ini berarti nilai produksi barang dan jasa dalam perhitungan PDRB mungkin akan turun walaupun tingkat kesejahteraan meningkat. Koreksi positif lainnya yakni perekonomian informal, pada dewasa ini kegiatannya meningkat sangat tajam. Umumnya nilai produksi tersebut tidak ditambahkan pada Nilai Seluruh Produksi (PDRB).
    Koreksi negatif, kerusakan lingkungan itu sangat merugikan, pisalya kerusakan lahan atau tanah longsor karena galian batu kali, polusi air dan udara yang ditimbulkan oleh pabrik semen, semuanya ini perugikan untuk menghasilkan rumah nyaman. Kalau biaya yang sangat merugikan itu belum tergambar dalam Nilai Seluruh Produksi,maka biaya ekonomi tersebut harus dikeluarkan (dikurangkan) dan nilai PDRB.
    Ketimpangan PendapatanAnalisis ketimpangan dimulai dengan pertanyaan tentang berapa persen dan total pendapatan yang diterima oleh 20 persen populasi yang berpendapatan terendah, 50 persen terendah dan Seterusnya. Dalam keadaan ekstrim dimana pendapatan dengan mutlak didistnibusikan secara adil, 40 persen populasi terbawah akan menerima 40 persen dan total pendapatan, dan 40 persen populasi Sedang (tengah) akan menerima 40 persen dan total pendapatan, dan 20 persen populasi teratas akan menerima 40 persen total pendapatan.
    Dalam kenyataannya, tingkat ketimpangan aktual memperlihatkan bahwa 20 persen populasi terbawah hanya menerima sekitar 5 persen dan total pendapatan, dan 20 persen kedua, ketiga, keempat masing-masing menerima sekitar 10 persen, 17,5 persen dan 25 persen dan total pendapatan, sedangkan 20 persen kelima (teratas) menikmati sektar 42,5 persen dari total pendapatan. Gambaran ini memperlihatkan tingkat ketimpangan aktual yang tajam.
    Di negara-negara berkembang pada umumnya menunjukkan ketimpangan yang tinggi. Umumnya di masyarakat pedesaan tingkat ketimpangan pendapatannya tidak terlalu tajam, karena sebagian besar penduduknya relatif masih miskin dan masih relatif homogen.
    Perubahan Struktur PerekonomianMendasarkan hipotesis Clark-Fisher yang mengemukakan bahwa suatu peningkatan dalam pendapatan per kapita akan diikuti oleh suatu penurunan dalam proporsi sumberdaya yang dimanfaatkan dalam sektor pertanian (sektor primer), dan suatu peningkatan dalam industri manufaktur (sektor sekunder), dan kemudian dalam industri jasa (sektor tersier).
    Menurunnya sumbangan (peranan) sektor pertanian dan meningkatnya sektor industri mencerminkan perubahan struktur perekonomian yang semakin seimbang dan makin kokoh, dimana terdapat kemampuan dan kekuatan yang maju yang didukung oleh pertanian yang tangguh.
    Umumnya, strutkur perekonomian daerah pedesaan masih berat sebelah pada sektor pertanian (kontribusi sektor pertanian masih sangat besar). Meskipun kontribusi sektor pertanian masih sangat besar, namun pembangunan daerah pedesaan memperlihatkan perkembangan yang nyata, seperti diterapkannya mekanisasi sistem pertanian, penggunaan bibit/benih unggul, dan sarana produksi lainnya yang lebth baik, telah menunjukkan perkembangan yang menjanjikan. Prospek pembangunan daerah pedesaan cukup menggembirakan pada masa depan. Orientasi pembangunan daerah pedesaan diarahkan pada sasaran:
    1. penguatan ketahanan pangan
    2. menunjang pengembangan kegiatan sektor industri dan mendorong ekspor
    3. memperluas lapangan kerja di daerah pedesaan yang diharapkan dapat mengurangi arus penduduk pedesaan berurbanisasi ke kota-kota besar
    4. mengembangkan kerjasama (keterkaitan) antar daerah pedesaan untuk memperkokoh struktur perekonomian pedesaan (penguatan sektor industri yang makin berkembang ditopang oleh sektor pertanian yang bertambah mantap dalam rangka mengurangi ketimpangan di dalam dan antar pedesaan).
    Meskipun orientasi sasaran pembangunan pedesaan cukup positif, namun masih dihadapi kendala yang cukup berat, yaitu dalam permasalahan dan tantangan, terutama dalam hal kemiskinan, keterbatasan prasarana dan sarana pembangunan, keterbatasan akses kepada modal usaha dan pasar, arus urbanisasi dan pedesaan ke perkotaan yang semakin besar
    Pertumbuhan Kesempatan KerjaMasalah ketenagakerjaan dan kesempatan kerja merupakan suatu masalah mendesak dalam pembangunan pedesaan karena mencakup secara langsung upaya pencapaian Trilogi Pembangunan, yaitu (a) pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, (b) pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan (c) terciptanya stabilitas yang dinamis. Perluasan lapangan kerja dapat menyerap pertambahan angkatan kerja baru dan mengurangi pengangguran.
    Konsep dampak tetesan ke bawah (trickling down effect) yang diintroduksikan oleh Hirschman memberikan harapan bahwa dengan perkembangan kota akan mendorong pembangunan daerah perkotaan dan pedesaan itu sangat penting. Tetapi dibantah oleh konsep Myrdal yaitu back-wash effect, akan terjadi pengurasan daerah pedesaan, sebagian penduduknya akan meninggalkan desanya, pergi ke kota untuk mencari lapangan kerja (suplai tenaga kerja). Berbagai kegiatan sektor produktif di daerah perkotaan meningkat dan meluas, merupakan permintaan tenaga kerja yang potensial.
    Tingkat Ketersediaan dan Penyebaran “Kemudahan”“Kemudahan” yang dimaksud adalah kemudahan bagi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari (misalnya: pangan, sandang, papan, pelayanan pendidikan, kesehatan, kesempatan melakukan ibadah, rekreasi dan sebagainya), maupun kesempatan untuk dapat melakukan kegiatan usaha (misalnya memperoleh bahan baku, bahan penolong, pemasaran dan perbankan). Tingkat kemudahan sudah mencakup pengertian aksesibilitas. Kemudahan dengan ciri-ciri seperti itu lebih banyak terdapat di kota-kota daripada di daerah-daerah pedesaan. Di perkotaan tingkat kemudahan tinggi, maka orang akan datang ke kota membawa pengalaman serta modalnya. Dengan bertambahnya kegiatan usaha di kota, maka tingkat kemudahanpun meningkat dan daya tariknya juga makin bertambah kuat. Tingkat kemudahan dicerminkan oleh tingkat ketersediaan fasilitas pelayanan.
    Poernomosidi Hadjisarosa berpendapat bahwa kriteria yang dipilih untuk menyatakan tingkat pertumbuhan suatu daerah (wilayah) adalah tingkat kemudahan, karena pemakaian kriteria pendapatan daerah (per kapita) teryata tidak mudah untuk mencari kaitannya dengan mekanisme pengembangan wilayah, selain daripada itu pendapatan belum memberikan gambaran yang memadai tentang kebutuhan sebenarnya dari masyarakat, pendapatan yang tinggi belum berarti suatu kemudahan bagi masyarakat dalam memperoleh kebutuhannya. Contoh, Kalimantan Timur merupakan daerah yang memiliki tingkat PDRB perkapita tertinggi di Indonesia, tetapi kebutuhan memperoleh jasa dokter bedah otak terpaksa harus ke Jakarta atau Surabaya.


1 Comment:
Absen Dulu Bu.. Saya Mhsaswa Ibu

Selasa, 22 November 2011

GAMKI KRITISI PEJABAT USIA PENSIUN


GAMKI Kritisi Pejabat Usia Pensiun
 
 IKUTI BERITA LAIN
Mitra akan (Berupaya) Tampil di SMESCO
Lintas Berita Minahasa Tenggara
Ratahan, KOMENTAR
Keberadaan para pejabat yang sebenarnya telah memasuki usia pensiun di jajaran Pemerintahan Kabupaten (Pemkab) Minahasa Tenggara (Mitra) dikritisi. Pasalnya, memperta-hankan para pejabat usia pensiun di pemerintahan sama saja dengan ‘membunuh’ jenjang karir pejabat lainnya.
Ketua Dewan Pimpinan Ca-bang (DPC) Gerakan Angka-tan Muda Kristen Indonesia (GAMKI) Kabupaten Mitra, Handry Pangau memapar, beberapa pejabat di Mitra yang telah memasuki usia pensiun dan bahkan telah diperpanjang. Mereka antara lain adalah dr Lilly Mawati yang saat ini sebagai Kepala Dinas Kesehatan yang telah diperpanjang dua tahun, serta Deitje Ilat SE (Kepala Badan KBKS) yang telah diperpanjang satu kali.
Kemudian ada juga Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesra Sekdakab Mitra, Drs Frans Rolos yang sudah diperpanjang tiga kali, Asisten II Bidang Pembangunan dan Perekonomian Ir Hanny Ch Roring MSi MM yang telah diperpanjang tiga kali, serta Dra Hilda Saroinsong (staf ahli) yang juga sudah diper-panjang tiga kali. “Ini sama saja mematikan karir pejabat lain. Apakah memang di Mitra sudah tidak ada lagi pejabat lain yang layak dan bisa menggantikan mereka?” kata Pangau, Senin (21/11) ke-marin.
Lanjut menurut dia, selain mematikan karir pejabat lain, dipertahankannya para pejabat yang telah memasuki usia pensiun di pemerintahan bisa menimbulkan interpre-tasi lain. “Bisa timbul perta-nyaan dan bahkan kecurigaan, jangan-jangan ada yang di-sembunyikan kemudian para pejabat ini tetap dipertahan-kan,” tukas aktivis kritis yang harus menerima perlakuan dinonaktifkan dari jabatan-nya sebagai Hukumtua Desa Tombatu III.
Pangau secara khusus me-nyorot kinerja Mawati dan Ilat yang dinilainya gagal dengan adanya temuan kasus gizi buruk. Kami mememperta-nyakan apa kelebihan kedua pejabat usia pensiun ini yang ternyata gagal dalam menja-lankan tugasnya tapi tetap dipertahankan di jabatan-nya?” tukasnya.
Baru-baru ini, Bupati Mitra, Telly Tjanggulung sempat me-nyinggung soal rencana rolling pejabat yang antara lain dise-babkan karena adanya pejabat yang akan pensiun. Tetapi dari ucapan bupati, hanya ada dua pejabat yang akan pensiun, meski ia tak menyebut siapa-siapa pejabat dimaksud. “Awal tahun depan kita gelar rolling, karena juga ada dua pejabat yang akan memasuki masa pensiun,” katanya.(ftj)

Senin, 14 November 2011

Kuasa Roh Kudus

Kuasa Roh Kudus (Smith Wigglesworth)

Kuasa Roh Kudus di dalam seseorang dimaksudkan untuk menjadi kekuatan yang terus meningkat, suatu perluasan.
Allah tidak pernah mempunyai apapun yang bersifat berkurang-kurang, Dia selalu maju terus, dan saya akan maju terus. Apakah anda juga akan maju terus? Itu perlu saya katakan, untuk maju terus.
Jangan berhenti di dataran, ada hal-hal yang jauh lebih besar di puncak gunung daripada di dataran.
Yesus memberi perhatian khusus kepada Paulus (sebelum dia bertobat, dia suka memburu orang-orang Kristen dan membunuh mereka). Yesus tidak pernah dengan tergesa-gesa ‘membawa’ Paulus melalui usahaNya.
Beberapa orang berpikir bahwa segala sesuatu harus dilakukan dengan terburu-buru; tapi Allah tidak demikian. Allah mengambil banyak waktu dan Dia mempunyai cara yang luar biasa untuk mengembangkan segala sesuatu ketika Dia berjalan terus.
Tidak ada satu pun yang anda kerjakan akan gagal bila anda tidak melupakan apa yang Dia katakan dan bertindak menurutnya, anda sungguh tidak bisa melupakan apa yang ditaruh Roh Allah tepat di dalam hati anda sebagai tujuanNya untuk anda.
Seseorang yang dibaptis oleh Roh Kudus bukan lagi manusia alami; ia “didesak” oleh Roh Allah untuk diubah menjadi manusia yang lain, manusia baru.
Seseorang yang dipenuhi Roh Allah berhenti menjadi dirinya sendiri, dalam arti tertentu, ia beristirahat, ia “tiba” di mana Allah bekerja; ia tidak akan mempercayai hatinya sendiri, ia bersandar hanya pada kekuatan yang terkuat dari Yang Maha Tinggi.
Jika anda dibaptis oleh Roh Kudus, maka anda tidak mempunyai makanan rohani yang lain kecuali firman Allah; anda tidak mempunyai sumber-sumber selain sumber dari surga; anda telah ‘tertanam’ di dalam Kristus dan telah ‘dibangkitkan’ bersama Dia; bahasa anda adalah bahasa surgawi; Allah bertakhta di dalam seluruh hidup anda, dan anda melihat perkara-perkara yang dari ‘atas’, dan bukan yang dari ‘bawah’.
Orang yang dibaptis Roh Allah mempunyai misi dari Yesus, ia tahu panggilan dan rencana hidupnya. Allah berbicara kepadanya dengen begitu jelas dan nyata sehingga tidak mungkin ada kekeliruan tentangnya.
Orang Kristen harus memiliki pengurapan dari Roh Allah yang harus disadari setiap saat, entah bersama orang lain atau sendirian, bahwa ia bersama dengan Allah.
Ketika anda dipenuhi oleh Roh Kudus, maka anda sudah dipersiapkan untuk pelayanan yang lain dari Tuhan.
---------------------------------------------------------------------------------------------
(September 1916) “…malam lalu ada seorang pengkhotbah di salah satu ruangan ini, ia berlutut, ia kaku seperti papan; anda perlu ketajaman untuk mengetahui apakah itu realitas; ia takut untuk berserah. Saya berkata,”Ayolah saudara, terimalah Roh Kudus.” Dia menjawab,”Saya tidak bisa.” – lalu saya berkata,”Anda tidak serius, tidak ada usaha dari anda, anda harus mulai bertindak. Terimalah Roh Kudus.” Kemudian, dengan pengetahuan bahwa ia benar-benar digugah, menurut perintah dari Allah saya menumpangkan tangan ke atasnya dan berkata,”Terimalah Roh Kudus,” dan Allah Roh Kudus menggoncangkannya dari atas sampai ke bawah, dari “dalam” keluar, dan betapa ia memperoleh baptisan yang luar biasa!
Ketika seorang “menghirup” masuk Roh Kudus,mereka menjadi begitu dipenuhi oleh kuasa Allah sehingga mereka tidak mempunyai kuasa atas diri mereka sendiri; mereka hanya “jatuh” ke dalam Allah, dan Allah menguasai segalanya – tangan dan kaki dan tubuh dan lidah demi kemuliaan Allah.